Kamis, 30 Juli 2015

Woogyu FF| My Beloved Designer| Part 7

Title: My Beloved Designer

Author: @hervialilly

Cast:    Kim Sunggyu               Kim Jaejong
            Nam Woohyun            Jung Yunho
            Kim Myungsoo            MissA’s Fei
            Lee Sungyeol              Tasty’s Jung Soryong

Part: 7

Rated: Aman




Haloooooooooh readeeeer yang keceh.. How’s life? Sehat ya semua, amin. Ada yang kangen sama ff ini ga? Hahhaha.. maap author abis ujian skripsi terus yudisium jadi baru sempet lanjut, tinggal nunggu wisuda nih, coba kasih selamat dulu napa sih! Ahaha.. Eh btw, author udah ngetik seteliti mungkin lho, tp kok pas udah dipost banyak kata yang nempel (?) satu sama lain yak? Heuuumm.. *lupakan ahahha..
Enjoy your reading, better leave comment after this.




“Hyung!” Sungyeol langsung menghambur dari bed bergitu melihat Sunggyu memasuki kamarnya.

“Hyung? K.. Kau dari mana saja? Kenapa wajahmu seperti itu?” Sungyeol memegang bahu Sunggyu dan membawanya duduk di kasur. Tentu Sungyeol kawatir dengan keadaan temannya itu. Bagaimana tidak, cukup lama Sungyeol menunggu sendirian di kamar dengan berjuta pertanyaan di pikirannya.

“Aku cuci-cuci dulu Yeol, aku sangat lelah.” Sunggyu kembali berdiri ketika belum ada tujuh detik buttnya menyentuh kasur.

“I.. Iya hyung, jja bersih-bersih dulu nde..” Sungyeol mendorong tubuh Sunggyu hingga di depan pintu kamar mandi. Ia menatap pintu kemar mandi setelah pintu itu tertutup. Sungyeol menyenderkan punggungnya di tembok dan mengadahkan kepala melihat langit-langit kamar Sunggyu yang sebenarnya tidak ada pemandangan menarik sama sekali.

Ceklekk~~


Sungyeol membalikan badannya menuju suara pintu kamar mandi yang terbuka. Ia langsung memeluk tubuh Sunggyu.

“Ada aku hyung, kau bisa menceritakannya padaku heum.. Matamu sembab, kau menangis eum?” Sungyeol mengelus-elus punggung Sunggyu dengan lembut.

“Jja.. Sini, kau akan pegal jika terus berdiri.” Sungyeol kembali membawa Sunggyu ke arah bed lalu ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar Sunggyu, dan beberapa menit kemudian ia kembali dengan segelas air putih di tangannya.

“Minumlah dulu hyung..” Sungyeol menyodorkan gelas bening itu kepada Sunggyu, layaknya adegan  di film atau drama, ketika ada yang menangis maka seseorang akan memberinya minum.

“Gumawo Yeol..” Entah memang haus atau untuk basa-basi, Sunggyu meminum air dalam gelas tersebut. Ia memejamkan matanya begitu merasakan air mengalir dalam tenggorokannya.

“Soryong hyung.. Tentang dia..” Sunggyu menghentikan kata-katanya dan kembali menghela nafas.

“Aku menyayanginya Yeol.. Rasanya sakit, tapi entah mengapa di sini terasa lega sekali.” Sunggyu mengarahkan tangannya menuju dada, seolah ia sedang memberi tahu dari mana sumber perasaannya itu.

“Aku harus menolaknya di depan kalian semua, itu bodoh sekali.. Mengarang cerita yang tidak masuk akal dan membawa orang lain dalam masalahku sendiri.. Ya Tuhan..”

“Hyung..”

“Arra Yeol.. Aku tidak sedih, entah mengapa sekarang rasanya begitu ringan, beban memendam perasaan selama bertahun-tahun seolah sudah hilang. Hanya saja aku tidak tahu bagaimana jadinya dengan Soryong hyung.. Aku kasihan padanya.. Sungguh aku tega sekali..” Sungyeol menundukan wajah manisnya, sebenarnya ia juga tidak tahu harus mengatakan apa.

“Mu.. Mungkin yang kau lakukan benar hyung, jika itu untuk kebaikan Soryong hyung.. Berbohong pun tidak masalah.. Eumm tapi tetap saja kau berbohong..” Sungyeol menggaruk kepalanya sambil tersenyum canggung.

“Ahahah! Sudahlah hyung, yang terpenting sekarang masalahmu selesai, bukankan begitu?” Sungyeol mencoba menghibur Sunggyu begitu ia melihat raut wajah namja sipit itu berubah kembali menjadi sendu.

“Benarkah? Apa tidak apa-apa? Apa semua benar sudah selesai Yeol?” Sunggyu mencoba memastika.

“Iya! Tidak apa-apa hyung..” Sungyeol menghentikan kata-katanya dan sedikit berpikir.

“Setidaknya sajauh ini tidak apa-apa, jika kau bertahan pura-pura menjadi kekasih Woohyun hyung ku rasa semua akan beres..”

“Woo? Woohyun?” Mendengar nama Woohyun disebut membuat dada Sunggyu bergemuruh, pipinya memanas seketika.

“Nde, kau yang memulai dramamu itu, kau sendiri juga yang tahu jalan ceritanya, otomatis kau yang menentukan bagaimana drama itu berakhir.”

“Apa maksudmu?” Sunggyu terlihat bingung dengan apa yang Sungyeol ucapkan.

“Ya Tuhan, itu hanya perumpamaan saja hyung.. Akh sudahlah, aku mengantuk. Sebaiknya kita tidur, kau besok harus ke bandara mengatar Yunho ajeossi hyung..” Sungyeol mencari-cari posisi berbaring senyaman mungkin lalu segera menarik selimut, sedangkan Sunggyu masih terdiam memandang dinding kamarnya dengan tatapan fokus.

“Dia mencuri ciuman partamaku, apa yang harus ku lakukan besok pagi ketika ia datang menumpang sarapan? Sebaiknya aku tidak usah keluar kamr sampai dia selesai sarapan, iya betul.. Itu lebih baik daripada aku harus bertemu dengannya..” Sunggyu bermonolog sepelan mungkin agar tidak terdengar oleh partner kerjanya itu. Ia menolehkan kepalanya menatap Sungyeol yang sudah tertidur, senyumnya mengembang melihat Sungyeol terlelap dengan manisnya.


~~~***~~~


“Hyung.. Bangun..” Sungyeol menggoncang-goncangkan tubuh Sunggyu.

“Heeemm.. Aku tidak sarapan Yeol, kau saja duluan.. Aku masih ingin tidur..” Sunggyu kembali membetulkan posisinya dan menarik selimut sampai menetupi kepalanya.

“Ini bukan masalah sarapan, sarapan sudah berlalu sejam lalu! Kau harus segera ke bandara hyung! Sekarang bangunlah! Eomma dan appamu sudah berangkat, kau harus segera menyusul hyung!” Sungyeol terlihat frustasi.

“Mwooo?? Apa katamu? Benarkah? Ommoo jam berapa ini Yeol?” Sunggyu menyibakan selimut tebal yang sempat menutupi seluruh tubuh dan kepalanya.

“Jja, tidak ada waktu. Gantilah bajumu dan segera turun ke lobi, mereka mungkin masih di lobi.. Ayo cepat bergeraklah!” Sungyeol menarik tangan Sunggyu agar segera turun dari bed.

“Ya Tuhan, kau lebih cerewet dari eommaku!” Sunggyu berlari menuju kamar mandi dan segera mengati baju setelah ia membubuhkan krim di wajah mulusnya.
Setelah sibuk wara-wiri ia berjalan cepat menuju lift apartemennya dan langsung memencet tombol bertuliskan huruf L. Sunggyu berlari begitu pintu lift terbuka dan dirinya kini terlihat panik karena tidak mendapati siapapun di sana.

“Aigooo mana ponselku? Bodohnya..” Sunggyu meraba-raba seluruh saku celana dan jaketnya. Ia berjalan keluar berharap menemukan keluarganya di luar lobi apartemen. Langkahnya tiba-tiba terhenti melihat sosok tampan memakai kacamata hitam dan kaos putih polos sedang bersandar di mobil hitamnya.

“Ahh ya Tuhan, kenapa harus ada dia di saat seperti ini.. Aku bahkan belum sempat mandi.. Bagaimana ini?” Sunggyu membalikan tubuhnya berniat kembali masuk ke lobi.

“Hyung!!” namja tampan itu melambai-lambaikan tangannya.

“Wae?!!” Sunggyu menjawab ketus begitu ia mengurungkan niatnya untuk menghindar.

“Ayo cepat, aku menunggumu dari tadi.. Aku sudah risih karena terlalu banyak wanita yang menatapku di sini. Aigooo.. gadis-gadis itu!” Woohyun melangkahnkan kakinya dan menarik tangan Sunggyu menuju mobil.

“Yak lepaskan! Jangan sampai aku laporkan security karna kau hendak menculikku!” Sunggyu berusaha melepaskan tautan tangan kekar Woohyun.

“Eomma memintaku untuk menunggumu untuk menyusulnya ke bandara hyung.. Cepat masuklah..” Woohyun membukakan pintu untuk Sunggyu, ia tersenyum ketika melihat wajah Sunggyu yang mulai memerah. Diacaknya pelan rambut kecoklatan Sunggyu lalu ia membalikan tubuhnya segara menuju pintu kemudi.

“Jja.. Pakai sitbeltmu..” Woohyun menujuk sabuk pengaman yang berada di samping tubug Sunggyu.
Klik!

“Sudah!” Sunggyu melipatkan tangan di dadanya sambil memanyunkan bibirnya.

“Arra.. Kau tidak usah segalak itu..” Woohyun mulai menyalakan mesin mobilnya dan mengemudi sambil bersiul-siul ringan.

“Bisakah kau diam? Aku sangat terganggu. Tidurku tidak nyenyak semalam, jadi kau jangan membuat pagiku rusak karena suara itu!” Sunggyu memalingkan wajahnya ke arah kanan untuk menghindari tatapan Woohyun.

“Wae? Kenapa tidak nyenyak? Apa ada yang mengusik pikiranmu hyung? Atau kau terlalu bahagia semalam?” Woohyun menggoda Sunggyu dengan nada yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.

“Diamlah jika kau mau selamat!”

“Ya Tuhan mengerikan sekali, arra arra.. Aku akan menutup mulutku yang seksi ini hyung..” dan lagi-lagi Sunggyu harus menahan malunya mendengar perkataan yang baru saja Woohyun ucapkan.


~~~***~~~


Sunggyu duduk di bangku besi panjang sambil menatap sinis Woohyun yang sedang berjalan mondar-mandir sambil menepelkan ponsel di telinganya.

“Oh, baiklah.. Kalau begitu ku tunggu eomma di coffee shop saja bagaimana? Oh nde..” Woohyun memasukan ponselnya ke dalam saku celana kemudian mendekat ke arah Sunggyu.

“Eomma bilang Sajangnim masih harus menandatangani berkas di kantor. Kita tunggu saja..”

“Apa itu artinya appa akan tertinggal pesawat?” Sunggyu mendongakan kepalanya menatap Woohyun.

“Ani.. Pesawat take off kira-kira dua jam lagi.. Jja..” Woohyun menggandeng tangan Sunggyu dan berjalan menuju kedai kopi yang berada di pojok bandara.

“Lalu untuk apa aku tadi aku tergesa-gesa sampai tidak sempat mandi?”

“Mwo? Ahahha.. kau tidak mandi hyung? Gwenchana, kau tetap terlihat manis.” Woohyun menatap Sunggyu dari ujung kaki sampai ujung rambut seolah sedang memberikan penilaian.

“Nah, sampai.. Duduklah di sini. Ku pesankan sesuatu untukmu..” Woohyun berjalan menuju kasir sekaligus tempat pemesanan, ia memilih beberapa menu makanan untuk Sunggyu.

“Ini dia, makanlah hyung.. Kau belum sempat sarapan tadi..” Woohyun menyodorkan nampan berisi dua cangkir teh hangat dan sandwich yang telihat penuh dengan mayonais. Sebenarnya Sungyu merasa tersanjung dengan semua perlakuan Woohyun terhadapnya. Woohyun memperlakukannya dengan sangat baik dan juga manis.

“Akh hyung aku lupa, bagaimanapun juga kau sedang pergi denganku. Jangan sampai reputasiku sebagai model papan atas rusak karena aku pergi dengan seseorang yang tidak mandi.”
Sunggyu melebarkan matanya mendengar ucapan Woohyun, luntur sudah rasa tersanjung Sunggyu terhadap Woohyun.

“Ahahah.. Aku hanya bercanda hyung..” Woohyun mengusap bibir Sunggyu dengan ibu Jarinya.

“Makanlah dengan benar, jangan mulai membiasakan diri aku yang selalu membersihkannya..” Woohyun tersenyum manis.

“Woo.. Woohyun..” Sunggyu ragu-ragu menyebutkan nama Woohyun.

“Heum?” Woohyun meletakan cangkir teh setelah ia menyesapnya.

“Kita.. Eumm.. Kita..” Woohyun menatap Sunggyu yang telihat gugup.

“Ada apa dengan kita?”

“Eung? Maksudnya?” Woohyun bingung mendegar pertanyaan Sunggyu.

“Semalam.. Soal.. Soal..”

“Soal ciuman itu?” Woohyun memotong perkataan Sunggyu.

“Ne.. Lupakan soal ciuman semalam, anggap saja kita tidak pernah melakukannya.” Sunggyu memejamkan matanya, ia menyesali perkataan yang baru saja ia ucapkan. Ia takut perkataannya akan menyinggung perasaan Woohyun.

“Ani! Tidak mungkin aku melupakannya hyung..” Woohyun menjawab dengan enteng. Di luar dugaan, Woohyun sama sekali tidak menanggapi ucapan Sunggyu.

“Lupakanlah, untuk apa diingat. Itu sama sekali tidak penting!” Baiklah, sifat egois dan sok jual mahal Sunggyu mulai muncul.

“Ani!” Woohyun sedikit menaikan nada suaranya.

“Lupakan!” Sunggyu tidak mau kalah.

“Hyung, kenapa kau jahat sekali. Itu hakku untuk mengenang ataupun melupakan ciuman kita, dan ku pikir semalam kau cukup menik..”

“Oke! Baiklah, hentikan ku mohon jangan diteruskan lagi. Baiklah, anggap saja yang semalam itu imbalan karena kau sudah membantuku menghadapi Soryong hyung.. Kupikir semuanya sudah selesai sekarang jadi mari kita lupakan! Dan ku moh..” perkataan Sunggyu terpotong begitu ia mendengar suara yang tidak asing baginya.

“Imbalan? Membantu menghadapiku? Selesai?”

“Soo.. Soryong hyung, kau?” Mata Sunggyu tebelalak begitu ia melihat sosok yang sedang menjadi bahan bicaranya ternyata sudah berdiri tak jauh dari meja mereka sekarang.

“Bisa kau jelaskan Nam Woohyun?” Soryong melangkahkan kakinya mendekat ke arah Sunggyu dan Woohyun sambil menarik koper berodanya.

“Hyung..” Woohyun bangkit dari duduknya.

“Hyung aku bisa menjelaskannya..” Sunggyu ikut berdiri dan mencoba mendekat ke arah Soryong.


Buuughh!! Braakk!!


“Hyuuuuung!! Andweeeee!! Hyuuung ku mohooooon!!” Sunggyu berteriak histeris ketika melihat Soryong memukul Woohyun tepat di wajahnya. Woohyun terjatuh menabrak meja hingga membuat isinya berantakan.

“Hyung..” Woohyun mencoba bangkit sambil mengusap darah yang mengalir dari sela-sela bibirnya.

“Aku sedih karena Sunggyu menolak lamaranku semalam, tapi hatiku bisa menerima jika pria yang Sunggyu pilih adalah kau Nam Woohyun! Aku tulus mendukung hubungan kalian.. Tapi ternyata, semua bohong huh?”

“Hyung.. Tolong dengarkan aku.. Kami pura-pura menjadi kekasih un..”


Buuuggh!! Woohyun kembali mendapatkan pukulan sebelum ia berhasil menyelesaikan perkataannya.


“Soryong hyung hentikan! Ku mohon jangan pukul Woohyun.. Ku mohon.. Hiks..” Tangisan Sunggyu pecah begitu melihat Woohyun yang hanya bisa diam tanpa membalas pukulan Soryong.

“Aigooooo.. Namoooooooo!!” Suara Kim Jaejong sontak membuat Sunggyu kaget sekaligus lega.

“Soryong tenanglah.. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi tahan emosimu!” Yunho menarik bahu Soryong dan mendudukannya di salah satu sofa. Yunho memberi kode kepada asistennya untuk segera meminta pengertian kepada pengunjung lain agar tidak menjadi berita besar di media.

“Namoooo..” Kim Jaejong mengangkat tubuh Woohyun.

“Ani eomma, gwenchana..” Woohyun mencoba menahan rasa sakit di wajahnya. Terdapat luka lebam dan darah segar di wajah tampan Woohyun.

“Woohyun ah~~” Woohyun tersenyum menatap Sunggyu yang berlinag air mata, lewat senyum itu ia ingin mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
Soryong kembali bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Woohyun.

“Mianhae.. Aku terlalu emosi. Kau hutang penjelasan padaku, ku harap tiga bulan lagi setelah aku kembali dari China, kau akan melunasinya.” Soryong melangkahkan kakinya menjauh dari Woohyun, kemudian berhenti tepat di hadapan Sunggyu yang masih menangis dan menariknya dalam pelukan yang hangat.

“Kau memukul Woohyun! Hiks.. Itu pasti sangat sakit! Hiks..” Sunggyu mencoba memukul-mukul Soryong yang masih mendekapnya.

“Mian.. Jangan menangis.. Jika kau tak mau Woohyun sakit lagi, maka kau harus menjaganya dengan baik..” Soryong melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Sunggyu.

“Berjanjilah kau mau melakukannya. Jja, aku harus pergi sekarang Gyu..” Soryong melangkahkan kakinya keluar diikuti para asisten yang membawakan koper.

“Gyu.. Jangan menangis lagi ne, pulanglah dulu dengan Namoo. Eomma segera menyusul setelah appamu berangkat..” Kim Jaejong menatap wajah putranya dengan senyum seribu malaikatnya.


~~~***~~~


“Woohyun..” Sunggyu mencoba membuka pembicaraan, setengah perjalan menuju apartemen mereka berdua hanya diam saling membuang muka.

“Woohyun..” Sekali lagi Sunggyu memanggil Woohyun dengan nada lembut.

“Heuum..” Jawab singkat Woohyun.

“Kita perlu ke rumah sakit terlebih dahulu..” Sunggyu menyetuh lengan kekar Woohyun. Dilihatnya dengan miris keadaan pria tampan itu saat ini. Kaos putih polos yang tadi masih rapi kini terdapat bercak-bercak darah, bibirnya mulai sedikit membengkak, dan wajah tampannya tenoda dengan beberapa lebam.

“Jung ajoessi, antar kami ke rumah sakit dulu sebelum pulang..” Sunggyu memerintahakan sopir eommanya agar membawa mereka ke salah satu rumah sakit.

“Ani, tidak usah Jung ajeossi. Kita langsung pulang saja, aku lelah..” Woohyun melepaskan tangan Sunggyu dari bahunya. Sunggyu kaget melihat penolakan dari Woohyun.

“Woohyun.. Setidaknya lukamu harus diobati terlebih dahulu..”

“Aku bisa sendiri, tidak usah berlebihan.” Sunggyu menghela nafas mendapat perlakuan sedikit ketus dari Woohyun. Jung ajeossi tersenyum melihat tingkah polah dua insan yang duduk di belakang kemudinya.
Setelah sampai apartemen Woohyun langsung melesat menuju lift, ia menutupi wajahnya dengan hoodie hitam. Sunggyu mengikuti Woohyun dari belakang dengan berlari-lari kecil.


Cekleeekk~~ Kliiing~~


Suara pintu apartemen begitu Woohyun berhasil memencet kode-kode rahasia.

“Wae? Rumahmu di sebelah, ini rumahku.” Woohyun menatap Sunggyu yang masih saja mengekor di belakangnya.

“Arra, apa tidak boleh aku ke sini? Padahal kau tiap hari ke rumahku.” Sunggyu langsung masuk ke dalam ruangan tanpa menunggu jawaban Woohyun. Ia mengambil kotak P3K, lalu meletakan es batu pada mangkuk besar.

“Apa dia sudah masuk kamar?” Sunggyu celingak-celinguk mencari keberadaan Woohyun.


Cekleeekk~~


“Yah!” Woohyun reflek beretriak ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka disaat ia membuka baju.

“Ah mian.. Aku tidak tahu. Aku tidak melihat!” Sunggyu langsung membalikan badannya ketika ia hampir melihat pemandangan indah.

“Tidak bisakah kau mengetuk pintu?!!” Suara Woohyun yang meninggi berhasil mebuat Sunggyu terkejut.

“Mian.. Maafkan aku.. Baiklah, aku pergi saja..” Dada Sunggyu berdesir hebat mendapat perlakuan dari Woohyun, ini pertama kali Woohyun membentaknya. Rasanya begitu sakit untuk Sunggyu, entah mengapa ia seperti terluka jika Woohyun sedikit kasar padanya. Mata Sunggyu mulai berkaca-kaca, ia melangkahkan kakinya menjauh dari Woohyun setelah meletakan nampan berisi obat-obatan.

“Ani.. Jangan pergi..” Woohyun menahan tangan Sunggyu, ia membalikan tubuh Sunggyu agar berhadapan dengannya.

“Tetaplah di sini.. Yah.. Wae? Bukankah kau mau mengobati lukaku? Kenapa malah menangis?” Woohyun mengusap air mata Sunggyu.

“Sudah ku bilang, jangan menangis.. Itu sama saja membuat lukaku bertambah parah..” Woohyun menuntun Sunggyu duduk di bednya.

“Aku kaget kau membentakku..”

“Maaf hyung.. Maafkan aku..” Woohyun mencium tangan kanan Sunggyu dengan lembut.

“Aku tidak suka kau kasar padaku..”

“Arra, aku juga tidak bermaksud kasar hyung.. Maaf ne, jja obati lukaku..” Woohyun tersenyum dan memberikan nampan berisi obat itu.

“Senderkan badanmu agar kau bisa rileks..” ucap Sunggyu memerintah, kemudian Woohyun langsung memposisikan tubuhnya di senderan ranjang.

“Apa ini sakit?” Sunggyu mencelupkan kain kecil berbahan seperti handuk kedalam mangkuk kemudiam memerasnya dan mulai menyapukan di wajah Woohyun agar bersih.

“Heum.. Sedikit..”

“Krim ini akan mengurangi lebammu, kemudian jika untuk mengurangi nyeri kau harus meminum obat ini..” Dengan terampil bak perawat sesungguhnya Sunggyu membukakan kapsul dari bungkusnya.

“Kau menghawatirkanku hyung?” Sunggyu menghentikan aktifitasnya ketika mendengar pertanyaan Woohyun.

“Anggap saja begitu..” Sunggyu menunduk sambil memainkan kapsul mencoba menghindari kontak mata dengan Woohyun.

“Iya atau tidak. Kau hanya perlu menjawab itu. Jika kau tidak menjawabnya, aku tidak mau minum obat!” ancam Woohyun.

“I.. Iya..” Jawan Sunggyu pelan.

“Mwo? Aku tidak dengar..” Woohyun berpura-pura tidak mendengar agar Sunggyu mengulangi perkataanya.

“Iya aku menghawatirkanmu. Aku takut terjadi apa-apa padamu, rasanya sakit sekali melihat kau dipukul dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Maafkan aku karena membawamu kedalam masalahku, aku benar-benar minta maaf..”  Sunggyu terlihat begitu menyesal.

“Benarkah? Kau kawatir padaku?” Woohyun memiringkan wajahnya agar bisa melihat wajah Sunggyu yang tertunduk.

“Hyung..” Woohyun memegang dagu Sunggyu agar wajahnya terangkat, tatapan mereka bertemu.
Woohyun memajukan tubuhnya ke arah Sunggyu, Sunggyu yang gugup langsung menjauhkan dirinya.

“Wae?” tanya Woohyun heran.

“Ak.. Aku belum mandi..” jawab Sunggyu polos.

“Apa hubungannya? Aku mau mengambil kapsul ini.” Woohyun kembali memajukan badannya agar bisa menjangkau tangan Sunggyu yang masih menggenggam obat nyeri itu.

“Oh.. Be.. Benarkah? Ahahha..”

“Yah, sebenarnya apa yang ada di pikiranmu hyung? Apa kau kira aku akan menciummu lagi? Kau terlalu percaya diri hyung..” Woohyun segera menelan kapsul kemudian merebahkan tubuh atletisnya diatas bed.

“Ani!! Untuk apa aku berpikir sampai ke sana! Huh! Kau sungguh sangat menyebalkan! Tidurlah, aku kembali lagi nanti.” Sunggyu menarik selimut sampai dada Woohyun.

“Kau tidak menemaniku tidur hyung?”






~~~ TBC ~~~



Aahahhah.. Eh jangan pada senyum2 sendiri gitu dong reader. Halah pede bgt berharap yang baca ff pada senyum2.. Gimana ni? Silahkan komen yah my beloved reader. Kalo komennya dikit ni ff ga bakal lanjut, kalo komennya lumayan ni ff lanjutnya 3 bulan lagi, kalo komennya banyak besok langsung lanjut! Silahkan makanya dikomen dikomen dikomen..
Gumawo my beloved reader.. *Bow

Tidak ada komentar:

Posting Komentar